2 Juli 2015

Tugas Kesehatan Mental (Soft Skill)


PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PADA FILM
 “DIARY OF A WIMPY KID”


DISUSUN OLEH :

Nama: Syarah Diniawati
NPM: 18513747
Kelas: 2PA07




 FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada masa kanak-kanak paling tidak di tahun-tahun awal, tumbuh berarti menjadi lebih besar, lebih kuat, dan lebih matang. Tumbuh juga dapat menjadi saat - saat yang menakutkan, mengecewakan, dan membingungkan. Anak balita yang berumur dua sampai lima tahun bergerak sangat aktif. Keterampilan motoric kasar mereka meningkat terutama pada bagian otot-otot besar. Usia seakin bertamah maka otot mereka pun menjadi lebih kuat sehingga mereka dapat berjalan,berlari, dan melompat.
Setelah memasuki sekolah dasar, perkembangan fisik pun terjadi dengan cepat. Mereka menjadi lebih tinggi, lebih lentur, dan lebih kuat, sehingga mereka lebih mampu melakukan berbagai aktivitas dari yang ringan sampai yang bert seperti olahraga. Setelah melewati tahap sekolah dasar maka akan memasuki masa remaja dan mulai timbul pubertas. Pada saat remaja inilah mulai anak yang mengalami krisis pada perkembangannya, untuk itulah diperlukan suatu pembahasan mengenai perkembangan psikososial manusia. Ilmu psikososial mendeskripsikan hubungan antara kebutuhan emosional individu dengan lingkungan sosialnya. Teori psikososial menekankan tentang kemunculan self, pencarian identitas, hubungan individu dengan orang lain, dan peran budaya di sepanjang kehidupan.
Pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang perkembangan psikososial anak yang terdapat pada sebuah film Diary of A Wimpy Kid. Dalam film ini terdapat kisah seorang anak yang sedang menjalani masa transisi perkembangan dari tahap anak-anak ke tahap masa remaja. Dalam masa remaja awalnya tidaklah mudah, ia mengalami berbagai macam hal seperti bullying, pencarian jati diri, permusuhan dengan teman sebaya, sampai konflik dengan saudara di rumah. Hal itulah yang membuat saya tertarik untuk menganalisa film ini.




BAB II
PEMBAHASAN

1.   Landasan Teori
Dalam pembahasan kasus di film Diary of A Wimpy Kid, penulis akan menggunakan teori tahap perkembangan psikososial milik Erik Erikson, teori sosial tentang popularitas dari Hartup, dan toeri penyesuaian diri oleh Hurlock.
A.    Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson
Perkembangan berlangsung melalui delapan tahap menurut Erikson. Tahap yang berurutan itu tidak pasti terjadi pada waktu yang sama di setiap anak. Erikson berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri.
Erikson membagi tahap-tahap itu berdasarkan kualitas dasar ego pada masing-masing tahap yaitu:
1)      Tahap Basic Trust vs Basic Mistrust, percaya versus tidak percaya
Erikson mengidentifikasikan trust versus mistrust (kepercayaan versus ketidakpercayaaan) sebagai konflik dasar masa bayi. Menurut Erikson, bayi yang baru lahir hingga delapan belas bulan akan mengembangkan kepercayaan bila kebutuhan dan perwatan dipenuhi secara rutin dan membuatnya nyaman atas responsivitas dari pihak pengasuh.Kesadaran ini merupakan bagian dari apa yang membuat kepercayaan begitu penting: Bayi harus memercayai aspek-aspek dunia yang berada di luar kontrolnya.
2)      Tahap Autonomy vs Shame and Doubt, otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu
Tahap ini menandai awal pengendalian diri dan rasa percaya diri, dimulai dari umur delapan belas bulan hingga tiga tahun. Anak-anak kecil mulai memikul tanggung jawab penting untuk mengurus diri sendiri, seperti makan, menggunakan toilet, dan berpakaian. Selama periode ini, orang tua harus menarik sebuah garis tegas; mereka harus protektif—tetapi tidak overprotektif. Bila orang tua tidak negakkkan rasa kepercayaan diri anak, maka sang anak akan tumbuh dengan merasa malu. Erikson percaya bahwa anak-anak yang mengalami terlalu banyak keragu-raguan di tahap ini akan kurang yakin terhadap kemampuannya sepanjang hidup.
3)      Tahap Initiative vs. Guilt, inisiatif versus perasaan bersalah
Tahap berikutnya saat anak berumur tiga tahun hingga enam tahun. Bagi Erikson, tahap ini “menambahkan pada otonomi kualitas-kualitas seperti menjalankan, merencanakan, dan memecahkan tugas demi menjadi aktif dan terus bergerak (Erikson,dalam: Papalia 2010). Tantangan pada tahap ini adalah mempertahankan semangat untuk aktif dan sekaligus memahami bahwa tidak setiap dorongan dapat diwujudkan. Insisiatif seorang anak harus terus diasah pada tahap ini, inisiatif merupakan kemauan untuk memulai aktivitas baru dan mengeksplorasi arah baru. Bila anak-anak tidak dibiarkan melakukan berbagai hal sendiri, perasaan bersalah mungkin berkembang; mereka mungkin akan percaya bahwa apa yang ingin mereka lakukan selalu “salah”.
4)      Tahap Industry vs Inferiority, ketekunan versus perasaan rendah diri
Antara umur lima tahun hingga tujuh tahun, ketika kebanyakn anak mulai masuk sekolah, perkembangan kognitif berjalan dengan cepat. Anak-anak memproses lebih banyak informasi dengan lebih cepat dan rentang ingatan mereka bertambah. Mereka pindah dari cara berpikir pra-operasional ke operasional-konkret. Mereka harus belajar memercayai orang dewasa baru, bertindak secara otonom (mandiri) dalam situasi yang lebih kompleks, dan menginisisai (memprakarsai) tindakan dengan cara yang sesuai dengan aturan sekolah.
Tantangan psikososial baru untuk tahun0tahun sekolah inilah yang disebut Erikson sebagai ketekunan versus perasaan rendah diri. Anak mulai melihat hubungan antara ketekunan dan perasaan senang bila sebuah sebuah pekerjaan selesai. Kesulitan dalam menghadapi tantangan ini dapat menghasilkan perasaan rendah diri. Anak-anak harus menguasai berbagai keterampilan baru dan berusaha mencapai tujuan baru, dan pada saat yang sama mereka diperbandingkan dengan orang lain yang berisiko mengalami kegagalan.
5)      Tahap Identify vs. confusion, identitas dan kebingungan
Ketika anak memasuki usia remaja, proses-prose kognitif meluas ketika mereka mengembangkan kapabilitas untuk berfikir abstrak dan kapasitas untuk memahami perspektif orang lain. Remaja muda harus menghadapi isu sentral, yaitu mngkonstruksikan identitas yang akan memberikan dasar kuat saat dewasa.
Akan tetapi, masa remaja menandai saat pertama uapay sadar dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang sekarang menekannya; “Who am I” (aku ini siapa?), konflik mennetukan tahap ini adalah identitas dan kebingungan. Identitas mengacu pada pengoragnisasian berbagai dorongan, kemampuan, keyakinan dan riwayat individu menjadi sebuah gambaran diri yang konsisten. Bila remaja gagal mengintegrasikan semua hal, atau bila mereka merasa tidak mampu memilih sama sekali, maka kebingungan mengancam mereka.
6)      Tahap Intimacy vs Isolation, intimasi versus isolasi
Intimasi dalam pengertian ini mengacu pada kemauan untuk berhubungan dengan orang lain secara mendalam, untuk menjalin hubungan berdasarkan perasaan lebih dari sekadar saling membutuhkan. Bila ia belum mencapai perasaan identitas yang cukup kuat, ia akan “tertelan” dari orang lain dan memilih mengasingkan diri (isolasi).
7)      Tahap Generativity vs stagnation, generativitas versus stagnasi
Generativitas memperluas kemampuan untuk peduli pada orang lain dan melibatkan kepdulain untuk membimbing generasi berikutnya.
8)        Integritas versus putus asa
Tahap inilah yang dibawa sampai mati. Mencapai integritas berarti mengonsolidasikan sense of self dan menerima sepenuh keunikannya dan sejarahnya tidak dapat diubah. Mereka yang tidak mampu mencapai perasaan integritas dan kepuasan akan tenggelam dalam keputusasaan.

B.     Popularitas
Popularitas seorang anak ditentukan oleh berbagai kualitas pribadi yang dimilikinya. Hartup (1992) mencatat bahwa anak yang pouler adalah anak yang ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara sosial, dan sangat mudah bekerjasama dengan orang lain.
Anak yang tidak populer dapat dibedakan atas 2 tipe, yaitu: anak-anak yang ditolak (Rejected Children), dan anak-anak yang diabaikan (Neglected Children). Anak-anak yang diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian dari teman-teman sebaya mereka, tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman-teman sebayanya. Anak-anak yang ditolak adalah anak-anak yang tidak disukai oleh taman-teman sebaya mereka dan mereka cenderung bersifat mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat positif.
Anak-anak  yang ditolak kemungkinan untuk memperlihatkan perilaku agresif, hiperaktif, kurang perhatian atau ketidakdewasaan, sehingga sering bermasalah dalam perilaku dan akademis disekolah akan tetapi tidak semua anak-anak yang ditolak bersifat agresif.

C.    Penyesuaian Diri
Menurut Hurlock (2003) ada empat faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada anak, yaitu :
1.      Lingkungan tempat anak dibesarkan, yaitu kehidupan di dalam keluarga. Bila dalam keluarga tersebut dikembangkan perilaku sosial yang baik, sehingga pengalaman ini akan menjadi pedoman yang membantu anak untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial di luar rumah.
2.      Model yang diperoleh anak di rumah, terutama dari orang tuanya. Anak biasanya akan meniru perilaku orang tua yang menyimpang, maka anak akan cenderung mengembangkan kepribadian yang tidak stabil.
3.      Motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian diri dan sosial. Motivasi ini dapat ditimbulkan dari pengalaman sosial awal yang menyenangkan, baik di rumah atau di luar rumah.
4.      Bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar penyesuaian diri.

2.   Sinopsis Film
Diary of a Wimpy Kid merupakan salah satu film keluarga yang berhasil dengan sukses menjelaskan bagaimana seorang anak yang mulai beranjak remaja melewati masa peralihannya tersebut. Dalam film ini, seorang anak laki-laki bernama Greg dikisahkan mengalami masa-masa sulit ketika mulai memasuki kehidupan barunya di kelas 7. Bagi Greg, barangkali masa-masa SMP merupakan masa terburuk dalam hidupnya. Greg harus berjuang melawan perlakuan buruk yang diterimanya dari teman-temannya, dan bahkan dari kakak kandungnya sendiri. Selain itu, usahanya agar menjadi anak populer yang foto dan namanya dipajang di buku tahunan membuatnya terjatuh berulang kali. Hari-hari Greg tidak bisa lepas dari, Rowley Jefferson, teman kecilnya yang kini satu sekolah lagi dengan Greg. Rowley merupakan anak yang lucu dan gemar makan. Greg dan Rowley selalu menghabiskan hari-harinya bersama, mereka tidak dapat dipisahkan. Dengan ambisi dan tekadnya yang besar, Greg tiba-tiba berubah menjadi seorang remaja yang paranoid dan melakukan segala cara untuk memenuhi keinginannya, termasuk memperlakukan sahabatnya, Rowley dengan buruk.
Greg tinggal bersama ayahnya yang bernama Frank, ibunya bernama Susan, serta dengan kakaknya yang bernama Rodrick serta adiknya yang bernama Manny. Dalam film ini Greg harus bertahan dengan teman yang aneh bernama Fregley dimana ia seorang anak yang hiperaktif saat terlalu banyak mengkonsumsi permen dan dengan seorang anak yang pegulat bernama Patty farell. Greg selalu menjadi sasaran atas keisengan kakaknya yang bernama Rodrick yang merupakan seorang drummer band yang bernama Loded Diper. Rodrick merupakan anak yang jorok serta sangat jahil pada Greg. Greg mengisi hari-harinya dengan menulis di buku hariannya, dalam buku itu ia meluapkan segala emosi dan kekesalan atas smua yang terjadi padanya. Dalam keluarganya, tak ada yang membelanya selain ayahnya, ibunya selalu berpihak pada kakaknya Rodrick. Entah bagaimana Rodrick selalu bisa memutarbalikan fakta dan mengambil hati ibunya.
Segala macam cara dilakukan oleh Greg untuk mencapai tujuannya yaitu masuk ke dalam buku tahunan di sekolahnya. Semua cara ia lakukan untuk menjadi terkenal, mulai dari mengikuti keiatan gulat, patroli keamanan sekolah, hingga drama. Namun semuanya berakhir kacau. Greg menganggap Rowley belum pantas untuk duduk di bangku sekolah menengah, maka Greg mengubah penampilan Rowley. Greg tidak pernah mendukung apa yang di sukai oleh Rowley.
Hari berganti hari, saat sedang bermain bersama di musim salju Greg tidak sengaja membuat Rowley jatuh dan tangannya patah. Karena tangannya yang patah tersebut, Rowley mendapat perhatian dari teman-temannya dan membuat Greg iri. Selain itu Rowley bisa mendapatkan tempat duduk saat makan di kantin dan menjadi kartunis di sekolah, Greg pun semakin iri.
Hingga pada akhirnya Greg dan Rowley bertengkar karena Greg mengakui pada Rowley bahwa dialah pelaku yang meneror anak-anak saat patroli keamanan pulang sekolah. Hal yang membuat Rowley dipecat karena diduga Rowley lah pelakunya. Selain itu Rowley kecewa karena Greg tidak pernah merasa bersalah karena telah mematahkan tangan Rowley, dan tidak menyukai kartun hasil buatannya. Rowley merasa Greg bukanlah teman yang baik untuknya. Hingga untuk beberapa saat mereka pun bermusuhan.
Pada saat pesta dansa ibu dan anak, Greg berusaha untuk mengajak Rowley makan es krim bersama seusai pesta namun ia telah punya rencana lebih dulu dengan orang lain. Saat sedang bertengkar di halaman sekolah Greg dan Rowley dikejutkan dengan segerombolan laki-laki remaja akhir yang mengincar mereka berdua. Hingga pada akhirnya Greg dan Rowley kembali bersahabat setelah Greg membela Rowley di depan teman-teman sekolahnya. Pada akhir tahun, Greg masuk ke dalam buku tahunan sekolahnya bersama Rowley dengan predikat sahabat tebaik. Dan mereka pun kini berteman kembali. 
 
3.   Analisis Film
Bila di analisis, tokoh Greg dalam film Diary of Wimpy Kid ini sedang memasuki masa remaja awal. Dimana masa ini merupakan masa yang sulit. Masa-masa dimana seorang remaja mulai mencari bagaimana  identitasnya, apa yang ada dalam diri mereka, dan apa yang menjadi tujuannya. Di awal cerita digambarkan bahwa teman-teman Greg yang sebelumnya memiliki ukuran tubuh yang hampir sama dengannya saat ini telah banyak berubah. Sebaliknya, Greg, belum mengalami perubahan berarti saat masa peralihan tersebut. Perbedaan perkembangan fisik ini sangatlah wajar mengingat tidak semua anak akan secara serempak memasuki masa puber.
Menurut Erikson, pada usia peralihan ini, seorang anak akan berada pada tahap identity versus identity confusion. Seorang anak akan dihadapkan pada sebuah kebimbangan mengenai identitas dirinya dalam masyarakat. Pada masa ini, anak juga memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Seiring dengan adanya kesadaran sosial yang tinggi tersebut, seorang anak dalam masa peralihan akan melakukan penyesuaian sosial agar lebih diterima dalam lingkungannya, terutama teman sebayanya. Hal inilah yang juga dilakukan oleh Greg. Menghadapi masa sekolah menengah pertama membuat Greg ingin diterima oleh lingkungannya. Oleh karena itu, Ia melakukan beragam cara termasuk memperlakukan sahabatnya, Rowley dengan buruk agar penerimaan dan kepopulerannya di sekolah dapat meningkat.
Hurlock (2003) menjelaskan bahwa ada 4 kondisi penting terkait dengan penyesuaian diri anak, salah satunya ialah kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan (di rumah ataupun di luar rumah). Kasus inilah yang terjadi pada diri Greg. Greg yang selalu diganggu oleh kakaknya dirumah, Rodrick, akhirnya kurang memiliki motivasi untuk melakukan penyesuaian yang baik di sekolahnya.
Selain itu ada juga usaha Greg yang berusaha membuat dirinya menjadi anak popular di sekolah. Pertama kali masuk disekolah tersebut, Greg termasuk kategori neglected children. Walaupun ia mempunyai teman tetapi ia kurang diperhatikan keberadaannya di sekolah oleh teman-temannya. Lalu Greg juga pernah dikategorikan sebagai rejected children. Ia tidak disukai teman sekolahnya termasuk Rowley sahabatnya karena perilaku dia yang mulai membuat ulah seperti meneror anak-anak saat patroli keamanan pulang sekolah, oleh sebab itu Rowley dipecat sebagai polisi patrol anak karena diduga Rowley lah pelakunya.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tahap perkembangan anak merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh orang tua. Menurut Erik Erikson terdapat delapan tahap perkembangan psikososial pada anak. Semua tahap tersebut akan dialami anak-anak dan harus diperhatikan oleh orang tua agar semua tahap berjalan dengan baik, jika tidak maka akan timbul berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh anak. Selain itu ada juga ada masa dimana anak ketika berbaur di lingkungan sosial seperti sekolah, mereka ingin merasa di perhatikan keberadaannya bahkan ingin mencapai popularitas. Namun hal tersebut juga harus tetap diawasi oleh orang tua. Berbaur di lingkungan sosial juga butuh adanya penyesuaian diri pada anak tersebut agar ia merasa nyaman di lingkungan sekitarnya. Berbagai fenomena tersebut juga dapat kita lihat di film “Diary of A Wimpy Kid” sebagai contoh.

Saran
            Setiap orang tua pasti menginginkan anak mereka dapat menjalani masa pertumbuhan serta perkembangan dengan baik. Begitu juga dengan perkembangan psiskososialnya. Setiap anak pasti akan mengalami proses sosialisasi di lingkungan sekitarya termasuk sekolah. Oleh karena itu sangat diharapkan agar orang tua dapat mengawasi serta turut serta mendukung dalam proses perkembangan tersebut. Terutama pada masa peralihan anak menuju remaja, orang tua harus lebih waspada dengan lingkungan sosial anak serta prilaku anak agar anak pun dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.



DAFTAR PUSTAKA

Papalia, Diana. Feldman, Ruth. (2010). Experience of Human Development. Edisi: 12.
Jakarta:Salemba Humanika.

Hartup, W. W. (1992). Peer relations in early and middle childhood. In V. B. Van Hasselt &
M. Hersen (Eds.), Handbook of social development: A lifespan perspective (pp. 257–281). New York: Plenum Press.

Hurlock, Elizabeth, B. (2003). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi: 5. Jakarta: Erlangga.

Agustina, Hellya. (2011,23 Januari). Penyesuaian Diri Remaja Di Sekolah. Diperoleh 18

Badriah, Umi. (2013,2 Desember). Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, dan
Sosioemosional pada Masa Kanak-kanak Awal, Tengah, dan Akhir. Diperoleh 18 April 2015, dari: http://umibadriyah.blogspot.com/2013/12/perkembangan-fisik-motorik-kognitif-dan_2255.html