PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL ANAK PADA FILM
“DIARY OF A WIMPY KID”
DISUSUN OLEH :
Nama: Syarah Diniawati
NPM: 18513747
Kelas: 2PA07
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pada
masa kanak-kanak paling tidak di tahun-tahun awal, tumbuh berarti menjadi lebih
besar, lebih kuat, dan lebih matang. Tumbuh juga dapat menjadi saat - saat yang
menakutkan, mengecewakan, dan membingungkan. Anak balita yang berumur dua
sampai lima tahun bergerak sangat aktif. Keterampilan motoric kasar mereka
meningkat terutama pada bagian otot-otot besar. Usia seakin bertamah maka otot
mereka pun menjadi lebih kuat sehingga mereka dapat berjalan,berlari, dan
melompat.
Setelah
memasuki sekolah dasar, perkembangan fisik pun terjadi dengan cepat. Mereka
menjadi lebih tinggi, lebih lentur, dan lebih kuat, sehingga mereka lebih mampu
melakukan berbagai aktivitas dari yang ringan sampai yang bert seperti
olahraga. Setelah melewati tahap sekolah dasar maka akan memasuki masa remaja
dan mulai timbul pubertas. Pada saat remaja inilah mulai anak yang mengalami
krisis pada perkembangannya, untuk itulah diperlukan suatu pembahasan mengenai
perkembangan psikososial manusia. Ilmu psikososial mendeskripsikan hubungan
antara kebutuhan emosional individu dengan lingkungan sosialnya. Teori
psikososial menekankan tentang kemunculan self,
pencarian identitas, hubungan individu dengan orang lain, dan peran budaya di
sepanjang kehidupan.
Pada
kesempatan ini penulis akan membahas tentang perkembangan psikososial anak yang
terdapat pada sebuah film Diary of A
Wimpy Kid. Dalam film ini terdapat kisah seorang anak yang sedang menjalani
masa transisi perkembangan dari tahap anak-anak ke tahap masa remaja. Dalam
masa remaja awalnya tidaklah mudah, ia mengalami berbagai macam hal seperti
bullying, pencarian jati diri, permusuhan dengan teman sebaya, sampai konflik
dengan saudara di rumah. Hal itulah yang membuat saya tertarik untuk menganalisa
film ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Landasan
Teori
Dalam pembahasan kasus
di film Diary of A Wimpy Kid, penulis
akan menggunakan teori tahap perkembangan psikososial milik Erik Erikson,
teori sosial tentang popularitas dari Hartup, dan toeri penyesuaian diri oleh
Hurlock.
A.
Tahap
Perkembangan Psikososial Erik Erikson
Perkembangan
berlangsung melalui delapan tahap menurut Erikson. Tahap yang berurutan itu
tidak pasti terjadi pada waktu yang sama di setiap anak. Erikson berpendapat
bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri.
Erikson
membagi tahap-tahap itu berdasarkan kualitas dasar ego pada masing-masing tahap
yaitu:
1) Tahap
Basic Trust vs Basic Mistrust, percaya versus tidak percaya
Erikson
mengidentifikasikan trust versus mistrust (kepercayaan versus
ketidakpercayaaan) sebagai konflik dasar masa bayi. Menurut Erikson, bayi yang
baru lahir hingga delapan belas bulan akan mengembangkan kepercayaan bila
kebutuhan dan perwatan dipenuhi secara rutin dan membuatnya nyaman atas
responsivitas dari pihak pengasuh.Kesadaran ini merupakan bagian dari apa yang
membuat kepercayaan begitu penting: Bayi harus memercayai aspek-aspek dunia
yang berada di luar kontrolnya.
2) Tahap
Autonomy vs Shame and Doubt, otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu
Tahap
ini menandai awal pengendalian diri dan rasa percaya diri, dimulai dari umur
delapan belas bulan hingga tiga tahun. Anak-anak kecil mulai memikul tanggung
jawab penting untuk mengurus diri sendiri, seperti makan, menggunakan toilet,
dan berpakaian. Selama periode ini, orang tua harus menarik sebuah garis tegas;
mereka harus protektif—tetapi tidak overprotektif. Bila orang tua tidak
negakkkan rasa kepercayaan diri anak, maka sang anak akan tumbuh dengan merasa
malu. Erikson percaya bahwa anak-anak yang mengalami terlalu banyak
keragu-raguan di tahap ini akan kurang yakin terhadap kemampuannya sepanjang
hidup.
3) Tahap
Initiative vs. Guilt, inisiatif versus perasaan bersalah
Tahap
berikutnya saat anak berumur tiga tahun hingga enam tahun. Bagi Erikson, tahap
ini “menambahkan pada otonomi kualitas-kualitas seperti menjalankan,
merencanakan, dan memecahkan tugas demi menjadi aktif dan terus bergerak
(Erikson,dalam: Papalia 2010). Tantangan pada tahap ini adalah mempertahankan
semangat untuk aktif dan sekaligus memahami bahwa tidak setiap dorongan dapat
diwujudkan. Insisiatif seorang anak harus terus diasah pada tahap ini,
inisiatif merupakan kemauan untuk memulai aktivitas baru dan mengeksplorasi
arah baru. Bila anak-anak tidak dibiarkan melakukan berbagai hal sendiri,
perasaan bersalah mungkin berkembang; mereka mungkin akan percaya bahwa apa
yang ingin mereka lakukan selalu “salah”.
4) Tahap
Industry vs Inferiority, ketekunan versus perasaan rendah diri
Antara
umur lima tahun hingga tujuh tahun, ketika kebanyakn anak mulai masuk sekolah,
perkembangan kognitif berjalan dengan cepat. Anak-anak memproses lebih banyak
informasi dengan lebih cepat dan rentang ingatan mereka bertambah. Mereka
pindah dari cara berpikir pra-operasional ke operasional-konkret. Mereka harus
belajar memercayai orang dewasa baru, bertindak secara otonom (mandiri) dalam
situasi yang lebih kompleks, dan menginisisai (memprakarsai) tindakan dengan
cara yang sesuai dengan aturan sekolah.
Tantangan
psikososial baru untuk tahun0tahun sekolah inilah yang disebut Erikson sebagai
ketekunan versus perasaan rendah diri. Anak mulai melihat hubungan antara
ketekunan dan perasaan senang bila sebuah sebuah pekerjaan selesai. Kesulitan
dalam menghadapi tantangan ini dapat menghasilkan perasaan rendah diri.
Anak-anak harus menguasai berbagai keterampilan baru dan berusaha mencapai
tujuan baru, dan pada saat yang sama mereka diperbandingkan dengan orang lain
yang berisiko mengalami kegagalan.
5) Tahap
Identify vs. confusion, identitas dan kebingungan
Ketika
anak memasuki usia remaja, proses-prose kognitif meluas ketika mereka
mengembangkan kapabilitas untuk berfikir abstrak dan kapasitas untuk memahami
perspektif orang lain. Remaja muda harus menghadapi isu sentral, yaitu mngkonstruksikan
identitas yang akan memberikan dasar kuat saat dewasa.
Akan
tetapi, masa remaja menandai saat pertama uapay sadar dilakukan untuk menjawab
pertanyaan yang sekarang menekannya; “Who am I” (aku ini siapa?), konflik
mennetukan tahap ini adalah identitas dan kebingungan. Identitas mengacu pada
pengoragnisasian berbagai dorongan, kemampuan, keyakinan dan riwayat individu
menjadi sebuah gambaran diri yang konsisten. Bila remaja gagal mengintegrasikan
semua hal, atau bila mereka merasa tidak mampu memilih sama sekali, maka
kebingungan mengancam mereka.
6) Tahap
Intimacy vs Isolation, intimasi versus isolasi
Intimasi
dalam pengertian ini mengacu pada kemauan untuk berhubungan dengan orang lain
secara mendalam, untuk menjalin hubungan berdasarkan perasaan lebih dari
sekadar saling membutuhkan. Bila ia belum mencapai perasaan identitas yang
cukup kuat, ia akan “tertelan” dari orang lain dan memilih mengasingkan diri
(isolasi).
7) Tahap
Generativity vs stagnation, generativitas versus stagnasi
Generativitas
memperluas kemampuan untuk peduli pada orang lain dan melibatkan kepdulain
untuk membimbing generasi berikutnya.
8) Integritas
versus putus asa
Tahap
inilah yang dibawa sampai mati. Mencapai integritas berarti mengonsolidasikan sense of self dan menerima sepenuh
keunikannya dan sejarahnya tidak dapat diubah. Mereka yang tidak mampu mencapai
perasaan integritas
dan kepuasan akan tenggelam dalam keputusasaan.
B.
Popularitas
Popularitas
seorang anak ditentukan oleh berbagai kualitas pribadi yang dimilikinya. Hartup
(1992) mencatat bahwa anak yang pouler adalah anak yang ramah, suka bergaul,
bersahabat, sangat peka secara sosial, dan sangat mudah bekerjasama dengan
orang lain.
Anak
yang tidak populer dapat dibedakan atas 2 tipe, yaitu: anak-anak yang ditolak (Rejected Children), dan anak-anak yang
diabaikan (Neglected Children).
Anak-anak yang diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian dari
teman-teman sebaya mereka, tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh
teman-teman sebayanya. Anak-anak yang ditolak adalah anak-anak yang tidak
disukai oleh taman-teman sebaya mereka dan mereka cenderung bersifat
mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat positif.
Anak-anak yang ditolak kemungkinan untuk memperlihatkan
perilaku agresif, hiperaktif, kurang perhatian atau ketidakdewasaan, sehingga
sering bermasalah dalam perilaku dan akademis disekolah akan tetapi tidak semua
anak-anak yang ditolak bersifat agresif.
C.
Penyesuaian
Diri
Menurut Hurlock (2003)
ada empat faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada anak, yaitu :
1. Lingkungan
tempat anak dibesarkan, yaitu kehidupan di dalam keluarga. Bila dalam keluarga
tersebut dikembangkan perilaku sosial yang baik, sehingga pengalaman ini akan
menjadi pedoman yang membantu anak untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial
di luar rumah.
2. Model
yang diperoleh anak di rumah, terutama dari orang tuanya. Anak biasanya akan
meniru perilaku orang tua yang menyimpang, maka anak akan cenderung
mengembangkan kepribadian yang tidak stabil.
3. Motivasi
untuk belajar melakukan penyesuaian diri dan sosial. Motivasi ini dapat
ditimbulkan dari pengalaman sosial awal yang menyenangkan, baik di rumah atau
di luar rumah.
4. Bimbingan
dan bantuan yang cukup dalam proses belajar penyesuaian diri.
2.
Sinopsis
Film
Diary of a Wimpy Kid
merupakan salah satu film keluarga yang berhasil dengan sukses menjelaskan
bagaimana seorang anak yang mulai beranjak remaja melewati masa peralihannya
tersebut. Dalam film ini, seorang anak laki-laki bernama Greg dikisahkan
mengalami masa-masa sulit ketika mulai memasuki kehidupan barunya di kelas 7.
Bagi Greg, barangkali masa-masa SMP merupakan masa terburuk dalam hidupnya.
Greg harus berjuang melawan perlakuan buruk yang diterimanya dari
teman-temannya, dan bahkan dari kakak kandungnya sendiri. Selain itu, usahanya
agar menjadi anak populer yang foto dan namanya dipajang di buku tahunan
membuatnya terjatuh berulang kali. Hari-hari Greg tidak bisa lepas dari, Rowley
Jefferson, teman kecilnya yang kini satu sekolah lagi dengan Greg. Rowley
merupakan anak yang lucu dan gemar makan. Greg dan Rowley selalu menghabiskan
hari-harinya bersama, mereka tidak dapat dipisahkan. Dengan ambisi dan tekadnya
yang besar, Greg tiba-tiba berubah menjadi seorang remaja yang paranoid dan
melakukan segala cara untuk memenuhi keinginannya, termasuk memperlakukan
sahabatnya, Rowley dengan buruk.
Greg
tinggal bersama ayahnya yang bernama Frank, ibunya bernama Susan, serta dengan
kakaknya yang bernama Rodrick serta adiknya yang bernama Manny. Dalam film ini
Greg harus bertahan dengan teman yang aneh bernama Fregley dimana ia seorang
anak yang hiperaktif saat terlalu banyak mengkonsumsi permen dan dengan seorang
anak yang pegulat bernama Patty farell. Greg selalu menjadi sasaran atas
keisengan kakaknya yang bernama Rodrick yang merupakan seorang drummer band
yang bernama Loded Diper. Rodrick merupakan anak yang jorok serta sangat jahil
pada Greg. Greg mengisi hari-harinya dengan menulis di buku hariannya, dalam
buku itu ia meluapkan segala emosi dan kekesalan atas smua yang terjadi
padanya. Dalam keluarganya, tak ada yang membelanya selain ayahnya, ibunya
selalu berpihak pada kakaknya Rodrick. Entah bagaimana Rodrick selalu bisa
memutarbalikan fakta dan mengambil hati ibunya.
Segala
macam cara dilakukan oleh Greg untuk mencapai tujuannya yaitu masuk ke dalam
buku tahunan di sekolahnya. Semua cara ia lakukan untuk menjadi terkenal, mulai
dari mengikuti keiatan gulat, patroli keamanan sekolah, hingga drama. Namun
semuanya berakhir kacau. Greg menganggap Rowley belum pantas untuk duduk di
bangku sekolah menengah, maka Greg mengubah penampilan Rowley. Greg tidak
pernah mendukung apa yang di sukai oleh Rowley.
Hari
berganti hari, saat sedang bermain bersama di musim salju Greg tidak sengaja
membuat Rowley jatuh dan tangannya patah. Karena tangannya yang patah tersebut,
Rowley mendapat perhatian dari teman-temannya dan membuat Greg iri. Selain itu
Rowley bisa mendapatkan tempat duduk saat makan di kantin dan menjadi kartunis
di sekolah, Greg pun semakin iri.
Hingga
pada akhirnya Greg dan Rowley bertengkar karena Greg mengakui pada Rowley bahwa
dialah pelaku yang meneror anak-anak saat patroli keamanan pulang sekolah. Hal
yang membuat Rowley dipecat karena diduga Rowley lah pelakunya. Selain itu
Rowley kecewa karena Greg tidak pernah merasa bersalah karena telah mematahkan
tangan Rowley, dan tidak menyukai kartun hasil buatannya. Rowley merasa Greg
bukanlah teman yang baik untuknya. Hingga untuk beberapa saat mereka pun
bermusuhan.
Pada
saat pesta dansa ibu dan anak, Greg berusaha untuk mengajak Rowley makan es
krim bersama seusai pesta namun ia telah punya rencana lebih dulu dengan orang
lain. Saat sedang bertengkar di halaman sekolah Greg dan Rowley dikejutkan
dengan segerombolan laki-laki remaja akhir yang mengincar mereka berdua. Hingga
pada akhirnya Greg dan Rowley kembali bersahabat setelah Greg membela Rowley di
depan teman-teman sekolahnya. Pada akhir tahun, Greg masuk ke dalam buku
tahunan sekolahnya bersama Rowley dengan predikat sahabat tebaik. Dan mereka
pun kini berteman kembali.
3.
Analisis
Film
Bila
di analisis, tokoh Greg dalam film Diary of Wimpy Kid ini sedang memasuki masa
remaja awal. Dimana masa ini merupakan masa yang sulit. Masa-masa dimana
seorang remaja mulai mencari bagaimana
identitasnya, apa yang ada dalam diri mereka, dan apa yang menjadi
tujuannya. Di awal cerita digambarkan bahwa teman-teman Greg
yang sebelumnya memiliki ukuran tubuh yang hampir sama dengannya saat ini telah
banyak berubah. Sebaliknya, Greg, belum mengalami perubahan berarti saat masa
peralihan tersebut. Perbedaan perkembangan fisik ini sangatlah wajar mengingat
tidak semua anak akan secara serempak memasuki masa puber.
Menurut
Erikson, pada usia peralihan ini, seorang anak akan berada pada tahap identity versus identity confusion.
Seorang anak akan dihadapkan pada sebuah kebimbangan mengenai identitas dirinya
dalam masyarakat. Pada masa ini, anak juga memiliki kesadaran sosial yang
tinggi. Seiring dengan adanya kesadaran sosial yang tinggi tersebut, seorang
anak dalam masa peralihan akan melakukan penyesuaian sosial agar lebih diterima
dalam lingkungannya, terutama teman sebayanya. Hal inilah yang juga dilakukan
oleh Greg. Menghadapi masa sekolah menengah pertama membuat Greg ingin diterima
oleh lingkungannya. Oleh karena itu, Ia melakukan beragam cara termasuk
memperlakukan sahabatnya, Rowley dengan buruk agar penerimaan dan
kepopulerannya di sekolah dapat meningkat.
Hurlock
(2003) menjelaskan bahwa ada 4 kondisi penting terkait dengan penyesuaian diri
anak, salah satunya ialah kurangnya motivasi untuk belajar melakukan
penyesuaian sosial sering timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak
menyenangkan (di rumah ataupun di luar rumah). Kasus inilah yang terjadi pada
diri Greg. Greg yang selalu diganggu oleh kakaknya dirumah, Rodrick, akhirnya
kurang memiliki motivasi untuk melakukan penyesuaian yang baik di sekolahnya.
Selain itu ada
juga usaha Greg yang berusaha membuat dirinya menjadi anak popular di sekolah.
Pertama
kali masuk disekolah tersebut, Greg termasuk kategori neglected children.
Walaupun ia mempunyai teman tetapi ia kurang diperhatikan keberadaannya di
sekolah oleh teman-temannya. Lalu Greg juga pernah dikategorikan sebagai rejected
children. Ia tidak disukai teman sekolahnya termasuk Rowley sahabatnya karena
perilaku dia yang mulai membuat ulah seperti meneror anak-anak saat patroli
keamanan pulang sekolah, oleh sebab itu Rowley dipecat sebagai polisi patrol
anak karena diduga Rowley lah pelakunya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Tahap perkembangan anak
merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh orang tua. Menurut Erik
Erikson terdapat delapan tahap perkembangan psikososial pada anak. Semua tahap
tersebut akan dialami anak-anak dan harus diperhatikan oleh orang tua agar
semua tahap berjalan dengan baik, jika tidak maka akan timbul berbagai
penyimpangan yang dilakukan oleh anak. Selain itu ada juga ada masa dimana anak
ketika berbaur di lingkungan sosial seperti sekolah, mereka ingin merasa di
perhatikan keberadaannya bahkan ingin mencapai popularitas. Namun hal tersebut
juga harus tetap diawasi oleh orang tua. Berbaur di lingkungan sosial juga butuh
adanya penyesuaian diri pada anak tersebut agar ia merasa nyaman di lingkungan
sekitarnya. Berbagai fenomena tersebut juga dapat kita lihat di film “Diary of A Wimpy Kid” sebagai contoh.
Saran
Setiap orang tua
pasti menginginkan anak mereka dapat menjalani masa pertumbuhan serta
perkembangan dengan baik. Begitu juga dengan perkembangan psiskososialnya.
Setiap anak pasti akan mengalami proses sosialisasi di lingkungan sekitarya
termasuk sekolah. Oleh karena itu sangat diharapkan agar orang tua dapat
mengawasi serta turut serta mendukung dalam proses perkembangan tersebut.
Terutama pada masa peralihan anak menuju remaja, orang tua harus lebih waspada
dengan lingkungan sosial anak serta prilaku anak agar anak pun dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Papalia, Diana. Feldman, Ruth. (2010). Experience of Human Development.
Edisi: 12.
Jakarta:Salemba
Humanika.
Hartup, W. W. (1992). Peer relations in early and middle
childhood. In V. B. Van Hasselt &
M. Hersen (Eds.), Handbook of
social development: A lifespan perspective (pp. 257–281).
New York: Plenum Press.
Hurlock, Elizabeth, B. (2003). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang
Rentang
Kehidupan. Edisi: 5. Jakarta: Erlangga.
Agustina, Hellya. (2011,23 Januari). Penyesuaian Diri Remaja Di Sekolah. Diperoleh
18
April
2015, dari: https://psychologyaddict.wordpress.com/2011/01/23/penyesuaian-diri-remaja-di-sekolah/
Badriah, Umi. (2013,2 Desember). Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, dan
Sosioemosional pada Masa
Kanak-kanak Awal, Tengah, dan Akhir. Diperoleh 18 April
2015, dari: http://umibadriyah.blogspot.com/2013/12/perkembangan-fisik-motorik-kognitif-dan_2255.html